Kamis, 20 Januari 2011

Pendidkan Khusus

Pendidikan Khusus
Penanganan Anak Berkesulitan Belajar
Definisi Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar (learning diabilities), yaitu anak yang memiliki kesulitan belajar dalam proses psikologis dasar, sehingga menunjukkan hambatan dalam belajar berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, dan berhitung, sedangkan mereka ini memiliki potensi kecerdasan yang baik tapi berprestasi rendah, yang bukan disebabkan oleh tunanetra, tunarungu, terbelakang mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya (Public Law 94-142, 1997; Delphie, B., 2006:27)
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Definisi
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok (Abdurahman, 2003:11), yaitu:
(a) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan (b) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan pekembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegaglan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.
Dalam kesempatan ini kita akan membahas “Bagaimana Meangani anak berkesulitan belajar akademik?”. Berkesulitan belajar akademi sering disebut pula sebagai specific learning disabilities.
Anak Berkesulitan Belajar Membaca (disleksia)
Definisi Anak Bekesulitan Belajar Membaca
Disleksia menunjuk kepada anak yang tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran, dan intelegensinya normal (bahkan ada yang intelegensinya di atas rata-rata) serta keterampilan bahasanya sesuai. Disleksia ini akibat faktor neurologis dan tidak dapat diatributkan pada faktor kedua misalnya lingkungan atau sebab-sebab sosial.
Karakteristik
1. Membaca lamban, turun naik intonasinya, dan membaca kata demi kata,
2. Sering membalik huruf dan kata-kata,
3. Pengubahan huruf pada kata,
4. Kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya misalnya: bau, buah, batu, buta,
5. Sering menebak dan mengulang kata-kata dan frase.
Asesmen
Beberapa Kemungkinan Letak Kesulitan :
o Kesulitan membaca atau memahami suatu kata
o Huruf terbalik/tertukar
o Penghilangan kata/suku kata
o Menebak kata
o Menambahkan kata
o Pengulangan pembacaan
o Lambat
o Sulit menangkap isi bacaan
Aktifitas pra membaca
Pengembangan Bahasa dan Bicara
1. Mendemonstrasikan apa yang anak ingin kerjakan
2. Menceritakan pada anak apa yang sedang ia lakukan
3. Mendorong anak bercakap cakap
4. Memperlihatkan kepada anak gambar yang menarik sehingga anak mampu mendeskripsikan dan menginterpretasikannya.
5. Membaca dan menceritakan cerita pendek kepada anak
6. Meminta atau memberi dukungan kepada anak untuk bercerita di depan kelas tetang situasi yang menarik yang dialami di rumah atau di tempat lain
7. Membuat permainan telepon-teleponan
Pengembangan Fungsi Visual (lihat lampiran)
1. Diskriminasi visual
2. Persepsi visual
3. Asosiasi visual
4. Visual Closure
1. Aktifitas membaca
Pendekatan/metode Multisensori (VAKT)
1. Guru memberikan kartu huruf dan mengucapkannya, anak menirukan apa yang diucapkan guru.
2. Setelah nama huruf dikuasai anak, guru mengucapkan bunyi huruf dan anak mengikutinya. Selanjutnya guru menanyakan kepada anak,”Apa nama bunyi huruf ini?” anak lalu menyebutkan bunyinya
3. Guru mengucapkan bunyi huruf, bagian kartu yang bertuliskan huruf tidak diperlihatkan kepada anak (menghadap ke guru). Kemudian guru memperlihatkannya dan menanyakan kepada anak tentang nama huruf tersebut, kemudian anak menjawabnya.
4. Guru menuliskan huruf yang dipelajari, menerangkan dan menjelaskannya. Anak memahami bunyi, bentuk, dan cara membuat huruf dengan cara menelusuri huruf yang dibuat guru, kemudian menyalin huruf berdasarkan memorinya. Akhirnya anak menulis sekali lagi dengan mata tertutup atau tidak mencontoh. Setelah dikuasai betul oleh anak, guru melanjutkan dengan huruf lain. Bila siswa sudah menguasai beberapa huruf, kemudian dapat dilanjutkan dengan merangkai kata dengan pola KVK (Konsonan Vokal Konsonan).
Anak berkesulitan belajar menulis (disgrafia)
Definisi Anak Disgrafia
Disgrafia mengacu kepada anak yang mengalami hambatan dalam menulis meskipun ia tidak mengalami gangguan dalam motoriknya, visualnya, dan intelegensinya normal, bahkan ada yang di atas rata-rata.
Hambatan ini juga bukan diakibatkan oleh masalah-masalah ekonomi dan sosial.
Karakteristik
• Lambat ketika menulis
• Kesulitan menggunakan spasi antar huruf atau antar kata
• Tulisan tidak terbaca oleh orang lain dan dirinya sendiri
• Tulisan terlalu tipis atau terlalu menekan
• Sering menulis suatu angka atau huruf mirip dengan yang lain. Misalnya, 3 dengan 5, k dengan h, t dengan r.
Penanganan
1. Asesmen
mengamati hal berikut ini: posisi duduk, cara memegang alat tulis, posisi kertas/buku, konsistensi tangan yang digunakan untuk menulis, kondisi emosi, motivasi, perilaku menolak untuk menulis.
1. Aktifitas Penanganan
Menulis membutuhkan kemampuan kontrol muskular, koordinasi mata –tangan, dan diskriminasi visual.
• Contoh aktivitas yang mendukung kontrol muskular: melatih otot gerak atas,menggunting, mewarnai gambar, finger painting dan tracing.
• Kegiatan koordinasi mata – tangan seperti: membuat lingkaran dan menyalin bentuk-bentuk geometri.
• Pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.
AKTIVITAS LAIN YANG MENDUKUNG
o Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas – bawah, dan jari.
o Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
o Menyambungkan titik.
o Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
o Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
o Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
o Membuat garis miring secara vertikal.
o Menyalin bentuk-bentuk sederhana
o Membedakan bentuk huruf yang mirip dan huruf yang bunyinya hampir sama.
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF LEPAS
• Menyalin huruf/angka dengan bantuan tanda panah sebagai petunjuk arah menulis
• Menulis huruf di antara garis huruf model
• Menulis huruf pada kertas berpetak
• Menyambungkan titik/garis putus-putus yang berbentuk huruf
• Puzzle huruf kapital dan huruf kecil
• Menulis huruf di kertas garis tiga
HURUF TRANSISI
Maksud dari huruf transisi adalah huruf yang digunakan untuk melatih siswa sebelum menguasai huruf sambung. Adapun langkah-langkah pengajarannya sbb:
1. Kata/huruf ditulis dalam bentuk lepas/cetak.
2. Huruf yang satu dengan huruf yang lain disambungkan dengan titik-titik dengan menggunakan warna yang berbeda.
3. Siswa menelusuri huruf dan sambungannya sehingga menjadi bentuk huruf sambung.
HURUF SAMBUNG
Untuk mengajarkan huruf sambung dapat menggunakan langkah-langkah huruf lepas dan huruf transisi.
Pembelajaran pra berhitung meliputi klasifikasi, seriasi, korespondensi, dan konservasi (Piaget, 1965 dalam Mercer dan Mercer, 1989:188).
1. Klasifikasi
Piaget (1965) yang dikutip oleh Mercer & Mercer (1989:188) mengatakan bahwa klasifikasi adalah satu dari banyak kegiatan-kegiatan intelektual dasar yang harus dikuasai sebelum belajar bilangan. Klasifikasi melibatkan hubungan persamaan, perbedaan, dan pengkategorisasian (categorizing) obyek menurut sifat-sifat khususnya. Copeland (1979; dalam Mercer & Mercer, 1989) mengatakan bahwa banyak anak-anak yang menguasai keterampil¬an pengklasifikasian pada usia 5-7 tahun.
Klasifikasi dapat mencakup: (a) mengelompokan berdasarkan warna, yaitu mengelompokkan dua warna, mengelompokkan tiga warna dan mengelompokkan empat warna; (b) mengelompokan berdasarkan bentuk yaitu mengelompokkan bentuk lingkaran, bentuk segitiga, bentuk segiempat dan bentuk segipanjang; (c) mengelompokan berdasarkan ukuran, yaitu mengelompokan objek ukuran kecil, obyek yang sedang dan obyek yang besar.
Ordering (Mengurutkan) dan Seriasi
Ordering (mengurutkan) adalah kemampuan mengurutkan obyek berdasarkan tipe atau pola tertentu sehingga ada pemetaan hubungan dari urutan. Misalnya, (a) anak mengurutkan pola X – O – X – O – X – …. (b) mengurutkan obyek berdasarkan pola warna, misalnya mengurutkan 3 pola warna dan mengurutkan 4 pola warna, (c) mengurutkan obyek berdasarkan pola bentuk, contohnya mengurutkan 3 pola bentuk dan mengurutkan pola 4 bentuk.
Sedangkan seriasi adalah menyusun obyek berdasarkan ukurannya mulai dari yang terpendek sampai yang paling panjang atau dari yang terkecil sampai yang terbesar (Homdijah, 2004:193).
Ordering dan seriasi menjadi aspek pra berhitung karena berkaitan dengan sifat bilangan dalam aritmatika/berhitung yang memiliki sifat keteraturan yang disusun secara terpola dan berurut. Buktinya, yaitu bilangan itu di susun mulai dari nilai yang terkecil sampai yang terbesar: 1 kemudian 2, setelah 2, 3 dan seterusnya (1, 2, 3, 4, dan seterusnya). Urutan bilangan itu pun berseri. Satu seri terdiri dari sepuluh bilangan dan disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar. Misalnya, 1 sampai 10, 11 sampai 20 dan seterusnya.


Korespondensi
Korespondensi adalah keterampilan memahami jumlah satu set obyek pada suatu tempat adalah sama banyaknya dengan satu set obyek pada tempat yang lain tanpa menghiraukan karakteristik obyek tersebut (Mercer dan Mercer, 1989:189).
Contoh pada aspek ini misalnya; (a) anak menilai jumlah obyek yang sama tapi ukuran obyek itu berbeda (10 biji kancing kecil dalam satu gelas dengan 10 biji kancing besar dalam gelas yang lain); (b) menilai jumlah dua obyek yang berbeda (2 pencil dengan 2 pulpen ); (c) menghubungkan antara isi/nilai dengan lambang bilangan (gambar satu telur dihubungkan dengan lambang bilangan 1, gambar 5 buah apel dihubungkan dengan lambang bilangan 5.
Keterkaitan aspek korespondensi dengan keterampilan berhitung adalah menanamkan konsep pada anak bahwa adanya hubungan antara isi/nilai dengan lambang bilangan, sehingga anak mampu menghubungkan antara isi dan lambang bilangan. Meskipun lambang bilangan itu ditulis besar-besar tetapi isi/nilainya tetap. Lambang bilangan 1 artinya memiliki isi/nilai satu. Oleh karena itu dalam korespondensi ini pun anak dilibatkan dalam aktifitas menghubungkan antara lambang bilangan dengan isi/nilainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar